ASAL USUL PERAHU KAPAL
Main kapal-kapalan kertas dan berbagai lagu yang mengambil tema “kapal” mencerminkan kedekatan kita dengan kapal. Sebagai bangsa bahari, nenek moyang kita memang telah menjelajahi Asia Tenggara, Pasifik, hingga Madagaskar untuk berdagang. Diduga perahu mereka berbahan bambu yang mudah diperoleh di Indonesia.
Perahu bambu yang dikenal sebagai rakit atau getek itu pastilah masih sederhana, tanpa kemudi dan layar. Jadi, hanya efektif untuk pelayaran jarak pendek lewat sungai, alias penghubung antar kota. Untuk pelayaran antar pulau atau antar negara perahu itu dipermodern. Misalnya dipasangi balok keseimbangan di kanan-kiri, dilengkapi dayung dan layar.
Beberapa tahun lalu Dr. Alan Thorne mengadakan uji coba pembuatan perahu serba bambu, termasuk dayungnya, di Kep. Seribu, utara Jakarta. Perahu itu dilengkapi tiang dengan layar dari tikar pandan. Lalu dengan perahu itu Thorne menuju sebuah pulau, yang hanya makan waktu 30 menit. Kesimpulannya, perahu jenis itu yang dulu memang dipakai para pelaut Asia purba.
Nyatanya perahu serupa masih dipakai nelayan di Cina. Meski tanpa layar, perahu itu mampu menuju ke tengah lautan. Bahkan dengan membawa hasil laut seberat lima ton! Sayang, hingga kini tak ditemukan bambu sisa perahu purba. Mungkin karena bambu mudah lapuk.
Namun perahu bukanlah temuan kita yang pertama untuk mengarungi perairan. Nun di zaman prasejarah, orang menye-berangi sungai dengan menunggangi batang kayu yang didayung dengan tangan. Sangat sederhana. Baru kemudian terpikir untuk membangun rakit dengan mengikat jajaran batang kayu. Cara berikut, membuat ceruk pada batang kayu.
Di daerah jarang kayu, perahu dibuat dari berbagai bahan. Misalnya, membentuk kulit binatang menjadi kantung besar. Kantung ini menjadi bantal angin yang mengambang di air, siap ditunggangi. Atau, beberapa “Bantal” diikat menyatu menjadi serupa rakit. Di daerah tertentu orang memakai kuali-kuali tanah kecil yang disatukan menjadi rakit. Cara lain, nyemplung ke gentong yang memuat satu orang.
Di Mesir kuno rakit malah dibuat dari alang-alang. Tahun 4000 SM mereka telah membuat perahu sempit yang panjang lengkap dengan dayung untuk menyusuri sungai Nil. Penemuan utama mereka lahir seribu tahun kemudian berupa layar segi empat. Mereka pula yang menemukan teknik membuat kapal papan. Berbeda dengan kapal papan sekarang, kapal papan Mesir sama sekali tidak menggunakan rangka. Papan yang satu hanya disambung dengan yang lain. Teknik itu dikembangkan untuk mem-buat kapal besar.
Antara tahun 2500 SM-1450 SM suku Minoan dan Mycenea di Yunani secara bergantian menjadi penguasa Laut Tengah. Prestasi penting mereka adalah membangun kapal satu layar yang memiliki ruangan luas, serta merintis kapal perang dengan barisan pendayung.
Dua setengah abad kemudian tibalah era pelaut Phoenicia di timur Pantai Laut Tengah dan bangsa Yunani. Tahun 500 SM mereka punya kapal dengan dua tiang layar. Eksploitasi tenaga manusia terjadi di kapal perang Yunani. Tahun 700 SM mereka menggunakan dua susun atas bawah, barisan pendayung di tiap sisi. Tahun 650 SM meningkat menjadi tiga susun atau trireme. Yunani pula yang merintis penggunaan layar segi tiga tahun 300 SM.
Tahun 100 SM kapal Romawi merajai lautan. Kapal terbesar mereka berukuran panjang 55 m dan lebar 14 m dengan daya angkut 1.000 penumpang dan 910 ton barang. Tapi, kamar hanya tersedia bagi orang penting. Penumpang biasa cukup tinggal di dek terbuka. Di malam hari mereka mau tak mau “membangun” sedikit penaung yang melindungi tubuh kala tidur.
Konon, kapal terhebat di kawasan utara Eropa adalah kapal Viking. Antara tahun 700-1000 mereka mengarungi Laut Atlantik Utara hingga Amerika bagian utara. Sebagai perompak, merekalah teror di laut.
Salah satu puncak kemajuan pembuatan kapal terjadi di tahun 1800-an. Itu ketika tahun 1807 Robert Fulion dari AS mambangun kapal uap pertama. Kapal layar besi pertama, The Vulcan, lahir tahun 1818 di Inggris. Tahun 1959 AS meluncurkan Savannah, kapal dagang bertenaga nuklir pertama.
Setelah sekian tahun berkembang, kapal Tanker Seawise Giant diluncurkan tahun 1979, memiliki panjang 458 m.
(Sumber : Intisari Juli 2001 No. 456 Tahun XXXVII, dengan sedikit perubahan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar